Selasa, 21 September 2010

model interaksional

Dinda fajrinindyannoor
090903813

Menurut Sereno dan Mortensen, suatu model komunikasi merupakan deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. Suatu model merepresentasikan secara abstrak ciri-ciri penting dan menghilangkan rincian komunikasi yang tidak perlu dalam “dunia nyata”.
B. Aubrey Fisher mengatakan, model adalah analogi yang mengabstraksikan dan memilih bagian dari fenomena yang dijadikan model.
Werner J. Severin dan James W. Tankard, Jr. mengatakan bahwa model membantu merumuskan suatu teori dan menyarankan hubungan. Oleh karena hubungan antara model dengan teori begitu erat, model sering dicampuradukkan dengan teori
Dari berbagai model komunikasi yang sudah ada, akan dibahas model interaksional, para peserta komunikasi menurut model interaksional adalah orang-orang yang mengembangkan potensi manusiawinya melalui interaksi sosial, tepatnya melalui apa yang disebut pengambilan peran orang lain. Diri berkembang lewat interaksi dengan orang lain, dimulai dengan orang terdekatnya seperti keluarga dalam suatu tahap yang disebut tahap permainan dan terus berlanjut hingga kelingkungan luas dalam suatu tahap yang disebut tahap pertandingan.
Model interaksional dikembangkan oleh Wilbur Schramm pada tahun 1954 yang menekankan pada proses komunikasi dua arah diantara para komunikator. Dengan kata lain, komunikasi berlangsung dua arah: dari pengirim dan kepada penerima dan dari penerima kepada pengirim. Proses melingkar ini menunjukkan bahwa komunikasi selalu berlangsung. Para peserta komunikasi menurut model interaksional adalah orang-orang yang mengembangkan potensi manusiawinya melalui interaksi sosial, tapatnya melalui pengambilan peran orang lain. Patut dicatat bahwa model ini menempatkan sumber dan penerima mempunyai kedudukan yang sederajat. Satu elemen yang penting bagi model interkasional adalah umpan balik (feedback), atau tanggapan terhadap suatu pesan.
Model interaksional ini “berlawanan” dengan model stimulus-respons (S-R) dan model-model linier lainnya. Selain itu dalam model interaksional manusia dianggap lebih aktif, sehingga model ini jauh berbeda dengan interaksi biasa yang ditandai dengan pertukaran stimulus-respons.
Model interaksional ini mengacu pada perspektif interaksi simbolik yang dikembangkan oleh ilmuwan sosial untuk menjelaskan komunikasi. Konsep-konsep penting yang digunakan adalah diri (self ), diri yang lain (others), simbol, makna, penafsiran, dan tindakan.
Sesuai dengan perspektif interaksi simbolik, model interaksional dalam komunikasi mengatakan bahwa orang-orang sebagai peserta komunikasi bersifat aktif, kreatif dan reflektif, menafsirkan, dan menampilkan perilaku kompleks yang sulit diprediksi.
Model interaksional sesungguhnya sulit untuk digambarkan melalui sebuah bagan atau diagram, karena sifatnya yang kualitatif, nonlinear, dan nonsistemik, oleh karena itu model ini lebih mudah dideskripsikan secara verbal. Model ini tidak mengklasifikasikan fenomena komunikasi menjadi berbagai unsur atau tahapan sebagaimana dijelaskan dalam model-model komunikasi linear dan mekanistis.
Blumer (seorang penganut interaksional) mengemukakan 3 premis yang menjadi premis model ini sebagai berikut :
Pertama; manusia bertindak berdasarkan makna yang diberikan individu terhadap lingkungan sosialnya (simbol verbal, simbol non-verbal, lingkungan fisik).
Kedua; makna itu berhubungan langsung dengan interaksi sosial yang dilakukan individu dengan lingkungan sosialnya.
Ketiga; makna diciptakan, dipertahankan, dan diubah lewat proses penafsiran yang dilakukan individu dalam berhubungan dengan lingkungan sosialnya.
Oleh karena itu-lah individu terus berubah, dan masyarakat pun berubah melalui interaksi. Jadi variabel penting yang mengubah perilaku manusia adalah interaksi, bukan struktur masyarakat.
Struktur itu tercipta dan berubah karena interaksi manusia.
Menurut model interkasional, peserta yang terlibat dalam komunikasi adalah orang-orang yang mengembangkan potensi dirinya sebagai manusia melalui interaksi dengan sesama manusia (interaksi sosial), yaitu melalui proses pengambilan peran orang lain (role-playing). Penjelasannya adalah, bahwa orang atau manusia berkembang melalui interaksi dengan orang lain, yang dimulai dengan lingkungan terdekatnya seperti keluarga, hingga berlanjut ke lingkungan yang lebih luas seperti teman seperrmainan, sekolah, tempat bekerja, dan masyarakat, serta negara. Dalam interaksi ini individu selalu melihat dirinya melalui perspektif atau peran orang lain. Itulah sebabnya muncul konsep diri berdasarkan bagaimana orang lain memandang diri individu tersebut

Mulyana, Deddy, M.A.,Ph.D.2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. PT Remaja Rosda Karya: Bandung
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi

Model Interaksional